Sesuatu Tentang Nama...

Ini tentang pemaknaan. Meski horizon pemaknaan demikian rentang-membentang, namun tidak lantas berarti percobaan memberi makna tidak berguna.

Edgipi membawa serta nostalgia di punggungnya. Dan itu kemudian semacam memaksamu untuk menoleh. Barangkali ingin memastikan sesuatu tentangnya. Apapun. Dan ketika menoleh, engkau sadar bahwa engkau harus segera berbalik sebab ada kaki yang harus diarahkan ke depan. Itu tentu butuh mata yang sedari tadi tertanam di punggung. Pendeknya, nostalgia hendaknya hanya sebentar.

Demikian pun Edgipi. Ia sejatinya dua. Ed dan Gipi. 

Ed adalah cara paling akrab untuk memanggil saya. Dan itu hanya dilakukan orang rumah. Juga keluarga dan teman dekat. Sebab Ed tumbuh dari masa kecil. Masa kecil yang nostalgik dan selalu menanti untuk dipanggil kembali.

Gipi juga punya cerita serupa. Gipi, dalam bahasa Manggarai, berarti kumis. Gipi menjadi gambar awal tentang wajah saya. Sebab, meski belia, pertumbuhan kumis saya terbilang cepat. Beberapa saudara dan teman memanfaatkan itu menjadi bahan olokan. Itu menjadi semacam karakter masa kecil, pada akhirnya. 

Lalu menjatuhkan pilihan pada keduanya barangkali bisa dijelaskan dengan  memahami nostalgia. Nostalgia seperti selalu menawarkan perasaan yang sejuk. Namun sekali lagi, serupa nostalgia yang hanya bisa dilakukan ketika kita sudah jauh melangkah, ruang blog ini hanya meminjam cara baca nostalgia: menoleh sebentar dalam kesejukan, coba memahami dalam kekinian, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Sebab, ada yang mengintip dan menunggu untuk dipahami di ujung jalan.


Ruang Radio,
Diselingi pesan masuk-keluar dari ponsel.



Komentar

Postingan Populer