Exodus

Sekalinya, Bob Marley pernah menulis sebuah lagu yang begitu sentimental: Exodus. Keluaran. Bob sepertinya sangat terinspirasi oleh cerita biblis tentang keluar-bebasnya Orang Israel dari belenggu penindasan Mesir. Ia tentu punya argumentasinya sendiri. Dan itu bisa diperiksa melalui perjalanan hidupnya di Jamaika, negeri yang meski telah merdeka tahun 1962 namun tetap mengalami penderitaan sisa-sisa penindasan kolonialisme: kemiskinan, diskriminasi, intimidasi, dan perbudakan. Bob Marley persis lahir (1945) dan tumbuh dewasa di masa-masa suram itu. Masa-masa yang substansinya hampir mirip Orang Israel ketika ditindas di Mesir. Atau barangkali mirip pula Indonesia ketika dirantai Kolonialisme dan Neo-Kolonialisme. 

Bob, dengan pengalaman traumatik itu tentu lama-lama merindukan saat pembebasan, saat eksodus, saat keluar dan lepas dari seluruh ketertindasan itu. Dan jelas, kisah Musa yang memimpin Orang Israel keluar dari Mesir adalah cerita yang menginspirasi dan sekaligus memberi harapan: penindasan akan berakhir dan negeri asali yang damai dan sejahtera (seperti Kanaan dalam cerita Orang Israel) sedang menunggu kepulangan anak-anaknya. Bob percaya itu. Hingga kemudian, dalam salah satu bait Ia menulis dengan sangat tajam dan revolusioner tentang tuntutan-tuntutan politiknya: 

Jah come to break the oppression,
Rule equality,
Wipe away transgression,
Set the captives free...

Bob Marley melalui begitu banyak hal sebelum sampai pada refleksi politik itu. Dan di tengah segala keterbatasan, ia menemukan bahwa musik adalah jalan keluar. Pertama-tama, keluar dari penderitaan-penderitaannya terlebih dahulu oleh sebab kemiskinan dan diskriminasi. Dan setelah itu, jalan keluar bagi bangsanya dan bangsa-bangsa lain: bangkit melawan penindasan, perbudakan, diskriminasi, intimidasi, eksploitasi, dan perampasan hak. Dan semua itu dituangkannya dalam hampir seluruh lagu. Ia menulis Get Up-Stand Up, Redemption Song, War, One Love, dan begitu banyak lagu lain termasuk Exodus.  Di Get Up Stand Up, ia dengan keras bernyanyi: 

Get up, stand up
Stand up for your right
Get up, stand up
Don’t give up the fight

Bob Marley menemukan jalan keluar yang diyakininya: musik. Lewat musik yang menjangkau semua, Ia menebarkan ide-ide revolusi dan semangat perlawanan bahwa segala bentuk penjajahan, penindasan, diskriminasi, perbudakan, dan perampasan hak harus dilawan sekeras-kerasnya. Sebab setiap orang, setiap bangsa, memiliki hak untuk merdeka dan menentukan nasibnya sendiri. Dan dalam musiknya yang spiritual, Ia menghidupkan kembali harapan tentang sebuah pembebasan yang “datang dari dalam”. Sebuah eksodus. 

***

Sebagaimana ketika ide tentang eksodus muncul, mesti ada yang mulai menyuarakan dan mengerjakannya. Namun mulai dengan cara apa? Paulo Freire bilang lewat pendidikan. Persisnya, pendidikan yang emansipatif, membebaskan. Dan semangat pembebasan itu sebaiknya “datang dari dalam”, dari posisi epistemik yang menggumuli realitas. Bob Marley mendidik secara kritis lewat musik dan lirik-lirik yang menggelorakan semangat dan harapan akan pembebasan, eksodus. Dan itu tampak dalam salah satu baris paling membakar dari Redemption Song:

Emancipate yourself from mental slavery,
None but us can free our mind...

Dan tepat di situ, musik dan suara-suara perlawanan Bob Marley adalah teladan yang menjanjikan. Meski agak susah mengukur keberhasilannya namun Ia yang “datang dari dalam” telah menunjukkan sebuah cara dan metode yang sangat progresif dan revolusioner. Demi apa yang Ia, dan barangkali Kita, yakini sebagai sebuah eksodus, sebuah pembebasan.***

Komentar

Postingan Populer