Sepertinya Engkau Sedang Kesepian

Sepertinya engkau sedang kesepian. Dan itu kulihat sejak tadi malam.
Ketika itu, kulihat kau melompat-lompat bersama pikiranmu. Seperti mencoba menggapai titik puncak. Juga menjangkau titik terdepan. Dan di setiap titik yang tersebar itu, mulutmu yang penuh liur coba mendongak agak lancip. Persis segitiga sama kaki di sudut-sudutnya. Dan itu serupa sebuah arogansi matematis atas tiga kali empat puluh lima derajat di setiap sudut itu.

Lalu ketika lompatanmu belum juga sampai, energi di jalan-jalan pikiranmu telah menguap pergi. Barangkali pergi menjumpai usia yang telah menetap lama pada kartu-kartu dalam dompet.

Aku yang sedari tadi mengamat-amati lantas jadi heran. Kau petarung yang hebat. Masih coba melompat meski tanpa pertolongan energi.
Dan di situ aku baru mulai paham, satu-satunya yang memberimu pertolongan adalah perasaan terluka. Entah terluka pada apa atau oleh siapa.

Di situ juga aku baru mulai mengerti, perasaan terluka tak mampu mendorong lompatanmu jauh-jauh. Ia justru mengikat kepalamu pada ranting-ranting pohon anggur yang ringkih. Hingga akhirnya kau pun terjerembab pada sumur kering yang sudah lama ditinggalkan para gadis pengambil air.

Dengan mulut berbusa dan tetap melompat-lompat kau meneriakkan beberapa doa agar segera ada yang mendengar dan menemukanmu. Hingga akhirnya memberi pertolongan.

Tak ada sahutan yang menyambutmu. Hanya ada pantulan suaramu sendiri yang pelan-pelan mulai menggenangi dinding-dinding sumur. Napasmu agak sesak. Busa mengalir makin banyak. Dan juga mulai ikut menggenangi separuh tubuhmu. Kau makin panik.

Hingga suatu kali ada suara lain yang mulai bercerita. Mirip dongeng.

Awalnya perasaan senang mendengar suara lain itu menentramkan pikiranmu. Kau mulai bersemangat melompat kembali.

Namun tak beberapa lama, busa mengalir makin deras. Mirip air bah. Dan itu memaksa mulutmu makin lancip seperti ujung kapal Pinisi. Seperti ingin mengarung. Di tengah itu, lompatanmu jadi kendur. Semangatmu perlahan-lahan lenyap.

Sebab ternyata suara lain tadi adalah suaramu sendiri. Engkau sendiri. Yang kesepian. Dan itu memang sudah kubaca sejak awal tadi malam.*

(WatuLangkas, 12 Oktober 2015)

Komentar

Postingan Populer