Perayaan dan Tentang Tumpahan


Dari jendela, begitu banyak gelembung yang melompat masuk.
Kamar jadi penuh. Entah mereka ini siapa.
Seenaknya langsung merambat di dinding-dinding hitam kamar.
Membentuk lingkaran aneh yang lebih mirip jantung.
Lalu menempel seperti pigura lukisan.
Merias yang kelam jadi merona.
Dan mungkin juga menggairahkan.

Namun aku malah jadi begitu asing, di kamarku sendiri.
Barangkali karena cuma aku sendirian yang hidup dari dalam.
Mereka tidak. Mereka dari luar.
Dan kami berpura-pura saling mengenal satu sama lain.
 

Menjulurkan pandangan dari jendela membantuku paham,
ternyata mereka tumpah dari karnaval yang lewat di depan rumah.
Begitu karnaval itu berlalu, begitu pula mereka.
Mereka hanya tumpahan, dari perayaan.
Bukan sumber mata air sepanjang musim yang menumpahkan, untuk perayaan.

Aku jadi makin gelisah, jangan sampai aku terlalu lekat dengan tumpahan.
Atau jangan sampai aku adalah tumpahan itu sendiri.
Barangkali juga kita. 


(WatuLangkas, 14 Februari 2015)

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer