Kesadaran

Kesadaran barangkali menjelma harta karunmu paling bernilai saat-saat begini. Sebab, ia mampu membebaskan. Rupanya seperti adrenalin. Memberimu energi berlipat-lipat kali hingga tak sanggup dibendung dan diberi garis batas apapun. Ia selalu melampaui selama kau merawat dan menjaganya. Katakanlah, seperti halnya kau merawat dan menjaga dirimu sendiri ketika kau jadi manusia terakhir di semesta ini.


Namun selalu, selalu ada karakter penjahat dalam setiap drama. Akan ada yang selalu ingin merebut kesadaranmu. Bahkan sejak lutut dan dagumu saling mencium dalam kandungan Ibumu. Lewat Ibumu, ibu Ibumu, atau barangkali lewat ibu ibu Ibumu, mereka membangun semacam konstruksi bawah tanah untuk menawan kesadaranmu persis ketika kalian lahir bersamaan. Ada semacam dua lintasan kereta api di kaki Ibumu. Satu untuk kau, satu lagi untuk kesadaranmu. Begitu kau keluar dari Ibumu, kau akan langsung dibawa bertemu dunia melalui salah satu lintasan tersebut. Sedangkan kesadaranmu, melalui lintasan lain, langsung digelandang ke konstruksi bawah tanah menyerupai penjara-penjara rahasia dengan tingkat keamanan maksimal. Begitu persis tahanan.
 
Mereka kemudian memperlakukannya dengan sangat hati-hati. Ia seperti... 

Sandera.
Teroris.
Pemberontak.
Atau apapun itu yang mengandung sifat dan rupa ancaman.

Dan pada akhirnya mereka membentuk kesadaranmu serupa hamba. Hamba mereka yang patuh tanpa pemaksaan. Hamba yang secara mekanis memiliki kehendak untuk patuh pada perintah apapun. Hamba yang, meskipun bernama kesadaran, sedikitpun tidak sadar telah menjadi hamba. Ia bahkan mendamba jadi hamba.

Dan celakanya, ketika kau sudah dianggap cukup umur, mereka mengembalikan kesadaranmu yang telah mereka doktrin. Dengan maksud, tentu saja, secara diam-diam mengarahkan kehendakmu agar patuh dan menghamba pada mereka. Itu semacam skenario catur tingkat tinggi. Mereka adalah bidak raja dan ratu, kesadaranmu mengambil rupa bidak kuda, dan kau hanyalah pion di garda depan.

Dan sesuai skenario, kau pun kemudian menghamba meski dengan alasan yang cukup mulia dan sama sekali tidak mereka duga: sebab kau selalu setia kawan pada kesadaranmu. Seperti dua sahabat yang terlampau sukar dipisahkan karena telah saling mengucap sumpah dengan darah. Atau barangkali karena kalian punya semacam ikatan yang sulit diurai: ikatan karena lahir sebagai bayi kembar. Entah kembar macam mana. 

Maka jadilah kau hamba.

Namun kesadaranmu terlahir sebagai sesuatu yang lihai dan susah dibaca. Bahkan ia lebih lihai dari segala yang terlihai. Dan lebih susah dibaca melalui ramalan atau rumus apapun. Sebab, selama terjaga, ia selalu menemukan ruang dan waktu yang tepat untuk meloloskan diri, meletup-letupkan gelora pemberontakan, dan kemudian melakukan kudeta terhadap segala macam pengaruh hipnotis mereka. Percaya atau tidak. Namun sekali lagi, itu baru terjadi selama ia terjaga. Juga kau.

Maka barangkali lebih baik kau dan kesadaranmu selalu terjaga, bahkan ketika tidur paling nyenyak sekalipun. Bangunkan ia selalu. Atau beritahu ia agar selalu membangunkanmu. Pastikan mata dan pikiranmu, tidak terlalu lekat menempel di bantal empuk yang, barangkali tanpa sepengetahuan dan kesadaranmu, sengaja mereka sediakan untuk me-ninabobo-kan kalian berdua. Sehingga kemudian mereka mudah masuk dan menjinakkan kalian berdua. Sebab mereka selalu berhitung dan memilih waktu tidur pulasmu yang paling pulas untuk, sekali lagi, menjinakkan. Serupa strategi catur, mula-mula kesadaranmu. Lalu kau. 

Dan kemudian pola lama persis ketika kalian lahir itu diulang kembali: kesadaranmu digelandang ke konstruksi bawah tanah menyerupai penjara-penjara rahasia dengan tingkat keamanan maksimal. Begitu persis tahanan.

Mereka kemudian memperlakukannya dengan sangat hati-hati. Ia seperti... 

Sandera.
Teroris.
Pemberontak.
Atau apapun itu yang mengandung sifat dan rupa ancaman.

Komentar

Postingan Populer