Manusia Masa Depan, di Antara Waterworld dan Dryland

Pernah membayangkan sebuah dunia tanpa tanah, tanpa daratan (land)? Pada sejauh mata memandang hanya ada air. Atau laut. Atau mungkin gletser. Atau mungkin yang lain. Barangkali kita pernah. 

Film Waterworld (1995) yang dibintangi Kevin Costner pernah memberi pembayangan semacam itu. Pada sejauh mata menyapu hanya ada air, laut. Itu adalah sebuah saat di masa depan. Syahdan, di masa depan yang entah kapan, es di kutub mencair dan menaikkan permukaan laut hingga hampir seluruh permukaan bumi dan peradabannya tertutup oleh air, laut. Tenggelam. Itulah waterworld. 

Peradaban baru lalu tumbuh dan terapung di atas air, laut. Serba asin segala-gala. Tanpa sawah, ladang, atau kebun. Tanpa hewan atau binatang selain ikan. Mungkin ada burung, tetapi tidak untuk film ini. Tanpa lapangan sepakbola, taman kota, jalan raya, sekolah, tempat ibadah. Tanpa aturan hukum kecuali hukum rimba. Jika kuat, maka menang dan menaklukkan yang lain.
  
Di sana, tanah (soil) adalah barang langka, sekaligus mahal. Barangkali seperti berlian pada masa sekarang. Tanah diperjualbelikan. Entah untuk apa, tidak ada deskripsi. Barangkali untuk dikenang. Atau untuk menjaga harapan. Atau, barangkali lebih sederhana, hanya untuk dimakan menggantikan ikan.
  
Sebagian besar manusia yang selamat telah melupakan masa lalu mereka, masa mereka hidup dan beranak cucu di daratan. Namun beberapa dari mereka masih percaya bahwa Dryland atau daratan masih ada. Meski entah ia bersembunyi di mana. Hingga pada akhirnya, seluruh tubuh film itu pun bergerak menuju cerita-cerita pencarian atas tanah, daratan, masa lalu, dan sekaligus masa depan umat manusia. 

Manusia, seperti yang dibayangkan dalam film tersebut, dibedakan berdasarkan empat karakter, yaitu: kaum perampok-perompak-penjajah-penjahat (Smokers), masyarakat sipil penghuni “kota” Atoll (Atoll Dwellers), Kaum Pengembara, dan kaum “miskin” yang dijadikan budak (Slaver). Smokers, kaum yang kejam dan lalim,  merampok dan menguasai segala yang ditemui. Termasuk merampok dan menguasai segala upaya kaum lain untuk menemukan Dryland. Atoll Dwellers adalah masyarakat yang mencoba bertahan hidup dan membangun peradaban baru. Kaum Pengembara mengarungi perairan demi perairan, singgah di “kota”, menjual barang-barang penemuannya, lalu kembali mengembara. Dan Slaver menjadi budak. Entah budak siapa. Intinya budak.
--- 
Terlepas dari rupa-rupa kemungkinan pemaknaan yang bisa muncul atas film Waterworld, yang jelas itu berangkat dari kondisi yang sama: no land, tanpa tanah, tanpa daratan. Peradaban lama, sekali lagi, sudah tenggelam. Dan kondisi macam itu lantas melahirkan pengetahuan, ideologi, cara hidup, kebiasaan-kebiasaan, hukum-hukum, struktur sosial, dan teknologi baru. Singkatnya, peradaban baru. Itu barangkali bukan soal besar bagi yang lahir dan tumbuh besar dalam kondisi macam itu, tanpa daratan. Namun itu jelas serupa bencana besar bagi yang pernah lahir dan tumbuh besar dalam peradaban yang sebelumnya dibangun di atas tanah, daratan. Tidak heran, meski sebagian besar penghuni Waterworld sudah melupakannya, Dryland tetap menjadi mimpi dan harapan yang selalu dipelihara sebagian yang lain. Diam-diam, ia bahkan jadi tujuan segala pencarian.

---
   
Dalam konteks yang paling dekat dengan kita, Waterworld dan Dryland adalah semacam metafora, pantulan, bayangan, dan barangkali juga sebuah ramalan tentang kondisi sosial politik-ekonomi-budaya kita di sebuah masa depan yang entah kapan. Dan sebagai sebuah ramalan,  itu semua mulai digenapi ketika tanah dan pulau mulai dijual ke para investor atau dicaplok para investor yang kemudian memprivatisasinya. Persis karakter dan cara kerja Kaum Smokers. Tanah,  daratan, dan persisnya ruang gerak-hidup masyarakat jadi makin sempit. Dalam metafora film Waterworld, “kesempitan” itu disebut tenggelam. Dan tenggelamnya itu juga punya makna yang sama dengan tenggelamnya peradaban lama, digantikan peradaban baru yang tentu saja tidak punya garansi sama sekali dapat memberi kesejahteraan.

Di sisi lain, masyarakat kita, dalam banyak sudut pandang, berpotensi (atau barangkali kini sudah menjadi) serupa karakter Atoll Dwellers dan Slaver yang rentan dieksploitasi, dikuasai, dan ditindas para Smokers. Juga dicaplok hak-haknya. Juga dirampok mimpi-mimpi dan harapan-harapannya tentang kemakmuran, kesejahteraan, dan hidup yang lebih bermartabat di tanah-daratan, Dryland. Dan sekali lagi, itu semua dimulai ketika ruang gerak-hidup di atas tanah mulai sempit dan menyingkirkan masyarakat.  

 --- 
Beruntung, seperti lazimnya film-film produksi Hollywood, ada sosok pahlawan dalam drama Waterworld itu. Ia dari Kaum Pengembara. Ia menghancurkan Kaum Smokers bersama ambisi-ambisi dan ideologi “mengeruk keuntungan” mereka. Lebih lanjut, ia membantu Atoll Dwellers dan Slaver  yang masih percaya tentang Dryland menemukan tanah-daratan itu. Akhir cerita, mereka menemukannya dan kemudian mulai membangun kembali peradaban berdasarkan ingatan-ingatan masa lalu, untuk masa depan.

Dan persis di penghabisan film tersebut, kita ditinggalkan sejumlah pilihan, baik itu pilihan karakter maupun akhir cerita. Menjadi Smokers yang makin banyak, rakus, dan sewenang-wenang? Menjadi karakter persis Atoll Dwellers dan Slaver yang makin rentan ditindas-jajah-caplok? Menjadi sosok pahlawan seperti Kaum Pengembara? Atau dengan modifikasi yang cenderung revolusioner, menjadi Attoll Dwellers dan Slaver dengan karakter dan mental emansipatif yang membebaskan dirinya dan bangsanya dari segala bentuk penjajahan, penindasan, dominasi, pencaplokan, dan ketidakadilan. Dan penting untuk diserukan keras-keras di sini, karakter terakhir adalah sebuah terobosan politik yang menjanjikan untuk keluar dari banyak persoalan masa kini sebab ia memilih menentukan nasibnya sendiri. Tinggal pilih.

Jika masuk lebih dalam, maka kita akan mendapati tiap pilihan karakter mengandung potensi dan risiko untuk menentukan akhir cerita. Akhir cerita, juga memiliki nuansa serupa masa depan. Memilih karakter yang keliru di masa kini berarti mengancam masa depan. Tinggal pilih. Dan dalam soal tanah-daratan, dengan karakter macam mana kita akan memperlakukannya?***

Komentar

Postingan Populer